Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Seminggu
setelah lebaran tetap belum telat untuk bilang “Selamat hari raya idul fitri 1
Syawal 1435 H~ Minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin yaa ^^”
Kalau
boleh cerita Ramadhan tahun ini penuh cerita dan masih belum jadi Ramadhan
‘sempurna’ bagiku. Pikiranku masih terpecah, nggak tenang, ada rasa mengganjal
dalam hati -ini tentang TA ku- semoga semuanya tetap baik-baik saja dan bisa
segera selesai, S-1, aamiin. Jadi usai Ramadhan, aku pikir untuk lebih serius
dengan TA ku, segera selesaikan, segera dapat kerjaan dan tentu segera jadi
manusia yang lebih baik, semangat-in!
Minggu,
20 Juli 2014 tumben pagi itu aku udah beres-beres rumah, mulai dari kamar
mandi, bantuin cuci baju, cuci piring, cuci toples, bersih-bersih kamar mandi,
setelah kamar mandi selesai lanjut bersih-bersih kamar ku sendiri. Di kamar ku
tertempel mading yang isinya foto-foto masa lalu ku, stiker, peta Indonesia
yang ku buat zaman SMP dan rumus-rumus matematika yang ku buat sendiri. Di
balik mading itu ada poster zaman SD yang masih sayang ku buang, tadinya sih
punya beberapa poster lagi tapi udah dipensiunkan, aku gunting, kasih ke orang
atau udah ku buang, lupa.
foto jadul |
rumus bangun datar, bangun ruang, trigonometri |
Sebenarnya
bisa dibilang aku ini penyimpan barang yang baik o.0 -masa iya- barang zaman
dulu yang sempat terselamatkan masih tersimpan olehku, terutama mainan. Aku
masih menyimpan dakocan, kartu-kartu hadiah ciki/snack, kertas arloji, binder
dan buku tulis bergambar serta beberapa boneka. Buku dan seragam zaman SMP SMA
ku pun masih ada, buku SD ku udah hilang karena banjir sedangkan seragam SD ku
sepertinya dikasih ke orang. Sedikit sih tapi berharga jadi tetap disimpan
selama masih bisa disimpan. -ini tentang kenangan-
Aku
ini alergi debu jadi selama bersih-bersih kamar aku sempat jeda karena pilek
udah datang, istirahat untuk menormalkan ‘hidung’. Setelah merasa baikan,
lanjut beresin mading yang ku tinggal karena pilek, madingnya ku lepas,
bersihin debu yang melekat dan cabut isi madingnya, rencananya isi madingnya
mau disimpan aja, taruh di lemari, nggak ditempel lagi. Setelah mading selesai
aku putuskan menyudahi lebih awal beres-beres kamarnya padahal boneka dan
buku-buku ku belum diberesin. Lanjut besok mungkin.
Beberapa
saat aku tidur siang/sore, bangun tidur dikejutkan dengan kabar duka, bapak
dapat telpon yang bilang kalau nenek ku yang di Lampung meninggal sore itu,
bapak nangis dan memutuskan untuk pergi ke Lampung. Keluarga inti ku adalah
keluarga kecil, hanya aku dan kedua orang tua ku, bingung aku mau ikut ke
Lampung atau nggak tapi akhirnya aku ikut, packing barang seperlunya, kami
sekeluarga pun pergi ke Lampung usai maghrib tanpa pesan tiket terlebih dahulu,
langsung pergi ke stasiun Kertapati berharap masih ada tiket tujuan Tanjung
Karang, Lampung yang masih tersisa, mengingat ini udah memasuki masa mudik
lebaran. Tiba di stasiun Kertapati, stasiun rame pengunjung entah itu pemudik,
pengantar atau lainnya, bapak langsung ke loket untuk beli tiket sedangkan kami
menunggu di mobil, belum ngeluarin barang karena bersiap jika tidak ada tiket
kereta kami akan mencari travel untuk ke Lampung. Untungnya, tiketnya masih
ada, yang ada itu tiket eksekutif, sip naik kereta lagi ke Lampung.
Kereta
berangkat jam 8 malam, suasana luar kereta gelap, tak bisa terlihat dari
jendela dalam kereta tapi kodenya sih kalau kereta berhenti berarti kereta tiba
di stasiun atau menunggu kereta lain lewat. Tak tau berapa stasiun yang kami
lewati untuk mencapai stasiun Kotabumi, Lampung pada jam 6 pagi, kami berhenti
di stasiun Kotabumi bukan Tanjung Karang. Dari stasiun Kotabumi kami dijemput
untuk menuju rumah nenek ku di Banjar Ratu, Lampung. Almarhumah nenek ku udah
dimandikan, tinggal disholatkan dan dikebumikan. Beberapa saat setelah kami
tiba dan kuburannya telah selesai disiapkan, nenek diantar ke masjid untuk
disholatkan dan kami mengantarnya ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Innalillahi wa innaillahi roji’un, semoga mbah diberikan tempat terindah di
sisi-Nya, diampuni segala dosanya, dilapangkan kuburnya, diterima segala amal
ibadahnya, aamiin yaa robbal ‘alamin.
Nenek
atau mbah ku punya 4 anak, 14 cucu dan 9 cicit. Mbah ku namanya Satini dan
punya kembaran bernama Satina yang juga sudah meninggal. Mbah pernah ke
Palembang dan tidur denganku. Tentang umur mbah kami tidak tahu persisnya tapi
bapak ku yang adalah anak ketiga sekarang umurnya 49 tahun jadi mungkin umur
mbah sekitar 70-an tahun. Ya Allah berikan orang tua ku umur panjang, sehatkan
dan lindungi mereka, sempatkan aku untuk membahagiakan dan membanggakan mereka,
aamiin yaa robbal ‘alamin.
Diadakan yasinan sampai 7 hari seusai tarawih di rumah pakde, kakak kedua bapak untuk
mendoakan mbah. Terhitung dari hari meninggalnya mbah, minggu sore 20 Juli maka
nujuh harinya mbah ada di sabtu malam 26 Juli, H-2 sebelum lebaran. Mepet
lebaran, kami pun berlebaran di Lampung. ‘Mudik lebaran dadakan’ setelah sekian
lama tidak mudik lebaran, balik ke Lampung sih udah April 2013 kemarin pas
nikahan anak pakde, kakak pertama bapak. 3 saudara bapak ada di Lampung, hanya
bapak yang ke Palembang tapi baik di Lampung maupun Palembang kami dikelilingi
tetangga yang juga merupakan keluarga, aku juga punya nenek di Palembang.
Sekarang
mau cerita tentang lebarannya, idul fitri di Banjar Ratu berasa kayak idul
adha, pakde menyembelih kambing, yang lainnya ada yang menyembelih sapi dan
kerbau. Beda halnya di Palembang, biasanya yang disembelih untuk idul fitri
adalah ayam, daging beli di pasar. Dan satu lagi biasanya lebaran identik
dengan ketupat dan opor kan tapi di Lampung kemarin aku gak nemu opor, ketupat
ada hasil request-an. Katanya beberapa hari setelah idul fitri mereka baru ada
lebaran ketupat. Kalau soal sholat id, sanjo (silahturahmi keliling rumah), kue
lebaran sama aja yang beda paling makanan khas daerah masing-masing. Di Lampung
pas lebaran nggak nemu pempek, kerupuk kemplang, model tekwan, yang ada tape
ketan, buras, scubal. Alhasil aku kangen makanan itu, pempek dkk.
Kami
pulang ke Palembang lebaran hari ketiga (30 Juli 2014) setelah beberapa hari
sebelum lebaran bapak pesan tiket via indomar*t/alfam*rt. Pagi jam 9 kami pergi
ke stasiun Kotabumi untuk keberangkatan kereta menuju Palembang jam 10.20 WIB.
Tiba di stasiun, stasiun udah dipenuhi orang-orang dan ada kereta menuju
Tanjung Karang yang sedang menunggu penumpang, kereta menuju Palembang belum
datang. Time to Wait~ btw kereta menuju Tanjung Karang penuh banget loh, walau
tiket yang tersedia tinggal tiket berdiri tetap aja laris manis, kereta penuh
sesak (?) eh entah ding sesak atau nggak karena sekarang kereta udah pakai
fasilitas AC bahkan untuk kelas ekonomi pun juga.
Kereta
menuju Palembang baru datang sekitar jam 11 dan penuh juga walau nggak ada yang
berdiri, kayaknya. Di jadwal dibilang sampai pulang jam 18.28 WIB tapi yang ada
keretanya sampai stasiun Kertapati jam 9 malam. Tak sesuai jadwal, mungkin yang
di jadwal itu untuk perhitungan jika kereta jalan lancar tanpa berhenti tapi
nyatanya kereta sering berhenti beberapa saat karena giliran kereta penumpang
atau kereta babaranjang (bawa batubara) yang lain untuk lewat. Tadaima! Aku
pulang, nyampe rumah udah malam, sleep time. Esoknya baru silaturahmi lagi di
sekitar rumah dan makan pempek dkk lagi~
Ini
ceritaku di lebaran 2014 ini, sekali lagi mohon maaf lahir dan batin ^^
btw bentar lagi 17 Agustus, Dirgahayu Merah-Putih 69 |
By
: Iin Purwanti
Sumber
gambar : Google Images
No comments:
Post a Comment